Cara Berdzikir yang Baik, Dzikir Paling Utama dan Macam Kontemplasi: Terjemah Risalah Adab Sulukil Murid -Ngaji ke 08-

Ngaji Terjemah Kitab Risalah Adab Sulukil Murid:

Cara Berdzikir yang Baik, Dzikir Paling Utama dan Macam Kontemplasi


Sumber Gambar:
http://www.nabulsi.com/blue/ar/art.php?art=2487&id=189&sid=799&ssid=809&sssid=841
بسم الله الرحمن الرحيم


 

Pasal

فصل

 

Sesuatu yang harus dijadikan pegangan dalam menempuh jalan menuju Allah setelah melakukan semua perintah-Nya dan mejauhi larangan-larangan-Nya adalah tetap selalu ber-dzikir pada Allah. Untuk itu, tetap dan teruslah berdzikir wahai muriid dalam setiap keadaan, waktu dan tempat dengan hati dan lisan.

والذي عليه المُعوَّلُ في طريقِ اللهِ تعالى بعد فعلِ الأوامرِ واجتنابِ المحارمِ ملازمةُ الذكرِ لله فعليك به أيها المريدُ في كلِّ حالٍ وفي كلِّ وقتِ وفي كلِّ مكانٍ بالقلبِ واللسانِ.

 

Dzikir yang mencakup seluruh makna berbagai macam dzikir dan buahnya secara batin dan lahir adalah ucapan: laa ilaha illallah (لا إلهَ إلا اللهُ) – tidak ada tuhan selain Allah-. Ini merupakan dzikir yang diperintahkan untuk terus-menerus dilakukan oleh orang yang baru memulai (menapaki jalan Allah). Dan orang yang telah mencapai puncak (makrifat) pun kembali pada dzikir tersebut (لا إلهَ إلا اللهُ).

الذكرُ الذي يجمعُ جميعَ معاني الأذكارِ وثمراتِها الباطنةِ والظاهرةِ هو قولُ "لا إلهَ إلا اللهُ" وهو الذكرُ الذي يؤمرُ بملازمتِه أهلُ البدايةِ ويرجِعُ إليه أهلُ النهايةِ.

 

Barang siapa yang ingin diberi kesenangan dengan (mampu) merasakan sesuatu dari rahasia-rahasia menempuh jalan menuju Allah dan tersingkap berbagai macam hakikat, maka hendaknya ia terus-menerus berdzikir kepada Allah dengan hati yang hudhur (konsentrasi dan merasa hadir bersama-sama Allah), tata karma (adab) yang sempurna, mendekati-Nya dengan tulus dan menghadap-Nya dengan cara yang tidak seperti biasanya (terkhusus).

ومن سرَّه أن يذوقَ شيئاً من أسرارِ الطريقةِ، ويُكاشفُ بشيء من أنواعِ الحقيقةِ؛ فليعكف على الذكرِ للهِ تعالى بقلبٍ حاضرٍ، وأدبٍ وافرٍ، وإقبالٍ صادقٍ، وتوجيهٍ خارقٍ.

 

 

Maka, (dengan melakukan dzikir dengan cara tersebut) pengertian-pengertian ini tidak akan terkumpul kecuali ia akan dibukakan alam malakut yang paling tinggi, ruhnya akan mengetahui hakikat alam al ashfa (alam yang suci) dan mata hati terdalamnya akan menyaksikan al jamal al aqdas al asmaa (secara bahasa artinya; keindahan yang suci dan luhur, penerj.)

فما اجتمعت هذه المعاني لأحدٍ إلا كُوشِفَ بالملكوت الأعلى ، و طالعت روحُهُ حقائقَ العالمِ الأصفى، وشاهدت عينُ سرِّهِ الجمالَ الأقدسَ الأسمى.

 

Dan hendaknya kau wahai muriid memperbanyak tafakkur (kontemplasi/perenungan). Hal ini ada tiga macam, yakni:

ولتكن أيها المريدُ مُكثراً من التفكُّرِ، وهو على ثلاثةِ أقسامٍ:

 

 

(pertama) memikirkan dan merenungkan dalam keajaiban kekuasaan-Nya, keindahan kerajaan langit dan bumi. Buah dari memikirkan ini semua adalah ma’rifat billah (makrifat pada Allah).

تفكرُ في عجائبِ القدرةِ، وبدائعِ المملكةِ السماويةِ والأرضيةِ، وثمرتُه المعرفةُ باللهِ.

 

(kedua) memikirkan dan merenungkan dalam kenikmatan-kenikmatan dan pemberian-Nya. Hasil akhir dari bagian ini adalah mahabbah lilllah (mencintai Allah).

وتفكرٌ في الآلاءِ والنِّعمِ، ونتيجتُه المحبَّةُ للهِ.

 

(ketiga) memikirkan dan merenungkan dalam perkara yang ada di dunia, akhirat serta keadaan para makhluk di dalamnya. Manfaatnya adalah berpaling dari dunia dan akan mendatangi (mendekati) akhirat.

وتفكرٌ في الدنيا والآخرةِ وأحوالِ الخلقِ فيهما، وفائدتُه الإعراضُ عن الدنيا والإقبالُ على الأخرى.

 

 

Aku telah memberi keterangan dan penjelasan bagian pembahasan mengenai “alur/kecenderungan berfikir dan hasilnya” di kitab Risalah al mu’awanah. Carilah di kitab tersebut bagi yang menginginkannya.

وقد شرحنا شيئاً من مجاري الفكر و ثمرته في (رسالة المعاونة)؛ فليطلبه من أراده.

 

Cara Mengatasi Malasan Berbuat Baik Dan Senang Berbuat Dosa Serta Melawan Bisikan Syetan

Pasal

فصل

 

Ketika kau memperhatikan dirimu sendiri -wahai muriid- sedang merasakan malas untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan (ibadah) dan merasa berat melakukan kebaikan. Maka tuntunlah dirimu dengan tali raja’ (harapan-harapan kepada Allah), yaitu kau mengingat-ingat akan apa yang sudah Allah janjikan kepada seluruh makhluk sebab mentaati-Nya, yakni kemenangan yang besar, nikmat yang tidak pudar, kasih sayang, keridhaan-Nya, keabadian di surga yang luas, kemuliaan, keluhuran, kehormatan dan kedudukan di sisi Allah yang Maha Suci dan di samping hamba-hamba-Nya (yang dimuliakan).

وإذا آنست من نفسِك أيها المريدُ تكاسلاً عن الطاعاتِ، وتثاقلاً عن الخيراتِ ؛ فقُدها إليها بزِمامِ الرَّجاءِ، وهو أن تذكرَ لها ما وعد اللهُ به العاملينَ بطاعتِه من الفوزِ العظيمِ، والنعيمِ المقيمِ، والرحمةِ والرِضوانِ، والخلودِ في فسيحِ الجِنانِ، والعزِّ والرفعةِ والشرفِ والمكانةِ عندَه سبحانَه، وعند عبادِه.

 

Dan ketika kau merasa dirimu cenderung bertolak belakang atau lebih tertarik melakukan keburukan maka ajaklah dirimu sendiri kembali dengan cambuk khauf (takut dengan balasan Allah), yaitu kau mengingat-ingat dan memberi nasehat pada diri sendiri dengan apa yang menjadi Ancaman Allah kepada orang-orang yang mendurhakai-Nya, yakni berupa kehinanaan, malapetaka, terendahkan, disiksa, tidak terima, terhalangi (dari rahmat), diremehkan dan kerugian.

وإذا أحسَسْتَ من نفسك ميلاً إلى المخالَفاتِ، أو التفاتاً إلى السيئاتِ؛ فرُدها عنها بسوطِ الخوفِ، وهو أن تُذَكِّرَها وتَعظَها بما تَوعَّدَ اللهُ به من عصاهُ من الهَوانِ والوبالِ، والخزي، والنَّكالِ، والطَّردِ والحرمانِ والصَّغارِ والخسرانِ.

 

Berhatilah-hatilah, jangan sampai kau terjerumus pada perkara yang dialami oleh sebagian syathihiin[1], yakni meremehkan masalah surga dan neraka. Agungkanlah apa saja yang telah diagungkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

وإياك والوقوعَ فيما وقعَ فيه بعضُ الشاطحين من الاستهانة بشأنِ الجنةِ والنارِ، وعَظِّم ما عظَّمَ اللهُ ورسولُه.

 

Beramallah karena Allah, karena Ia adalah Tuhanmu sementara kau adalah hambanya. Mintalah kepada-Nya untuk memasukkanmu ke Surga-Nya dan mintalah supaya kau dilindungi dari neraka-Nya dengan anugerah dan rahmat-Nya.

واعمل للهِ لأنه ربُّكَ وأنت عبدُه، واسأله أن يدخلَك جنتَه، وأن يُعيذَك من نارِه بفضلِه ورحمتِه.

 

Apabila syetan –semoga Allah melaknatinya- berkata padamu: “Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala tidak membutuhkanmu dan tidak butuh amalmu, ketaatanmu tidak akan bermanfaat pada-Nya dan kemaksiatan-Mu tidak akan mencelakakan-Nya.” Maka katakanlah pada syetan; “kau memang benar, tapi aku adalah orang yang membutuhkan anugerah Allah dan pada amal sholih. Ketaatan bermanfaat untukku dan perbuatan dosa akan mencelakakanku, dengan hal itulah Tuhanku memberitahuku di kitab-Nya yang mulia dan melalui lisan utusan-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

وإن قال لك الشيطان لعنَهُ اللهُ: إنَّ الله سبحانه وتعالى غنيٌ عنك وعن عملِك، ولا تنفعُه طاعتُك، ولا تضرُّه معصيتُك؛ فقل له صدقت، ولكن أنا فقيرٌ إلى فضلِ اللهِ وإلى العملِ الصالحِ، والطاعةُ تنفعُني والمعصيةُ تضرني، بذلك أخبرني ربي في كتابِه العزيزِ وعلى لسانِ رسولِه صلى اللهُ عليه وسلَّم.

 

Kemudian apabila syetan berkata padamu: “Apabila kau beruntung di sisi Allah maka kau secara pasti akan masuk surga, tidak peduli kau orang yang taat ataupun orang yang durhaka. Dan apabila kau adalah orang yang celaka di sisi-Nya, maka kau akan masuk neraka walaupun kau orang yang taat.” kau janganlah terpancing dengan perkataannya.  Penolakan ini (harus dilakukan) karena urusan yang sudah ditetapkan dahulu itu bersifat ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali oleh Allah. Dan tidak ada bagian sedikitpun (mengetahui hal ini) bagi satu makhluk pun.

فإن قال لك: إن كنتَ سعيداً عند اللهِ؛ فإنك لا محالةَ تصيرُ إلى الجنةِ سواءً كنتَ طائعاً أو عاصياً، وإن كنتَ شقياً عنده فسوف تصير إلى النارِ وإن أنت مطيعاً ؛ فلا تلتفت إلى قولِه، وذلك لأن أمر السابقةِ غَيبٌ لا يطلعُ عليه إلا اللهُ وليس لأحدٍ من الخلقِ فيه شيءٌ،

 

Ketaatan merupakan indikator yang paling menunjukkan pada ketetapan terhulu yakni berupa kebahagiaan dan keberuntungan. Tidak ada diantara orang yang taat dan surga kecuai ia mati dengan keadaan ketaatannya.

والطاعةُ أدَلُّ دليلٍ على سابقةِ السعادةِ، وما بين المطيعِ وبين الجنةِ إلا أن يموت على طاعتِه،

 

Dan berbuat dosa (kemaksiatan) merupakan indikator yang paling menunjukkan pada ketetapan terdahulu yang berupa kesengsaraan. Tidak ada diantara pendosa dan neraka kecuali ia mati pada kemaksiatannya.

والمعصيةُ أدَلُّ دليلٍ على سابقةِ الشقاءِ، وما بين العاصي وبين النَّارِ إلا أن يموتَ على معصيتِه.

 

Wallahu a’lam bishhawaab…

Bersambung.

Oleh: Santrisopus

 

<< Ngaji Sebelumnya…

Ngaji Berikutnya…>>



[1] Syathiih (شاطح) merupakan orang-orang yang tergelincir dalam menapak jalan Tuhan. Karena mengklaim dengan nyata sesuatu yang hanya diketahui oleh orang ‘arif tanpa ijin Allah. Lihat kitab at-Ta’rifaat, hlm. 125.

Post a Comment for "Cara Berdzikir yang Baik, Dzikir Paling Utama dan Macam Kontemplasi: Terjemah Risalah Adab Sulukil Murid -Ngaji ke 08-"