Dampak Buruk Tidak Khusyu’ dan Keistimewaan waktu Setelah Subuh dan Ashar: Terjemah Risalah Adab Sulukil Murid -Ngaji ke 07-

Ngaji Terjemah Kitab Risalah Adab Sulukil Murid:

Dampak Buruk Tidak Khusyu’ dan Keistimewaan waktu Setelah Subuh dan Ashar

Hal-hal yang Menghalangi Khusyu' dalam Sholat
Sumber Gambar: http://kenanaonline.com/users/ahmedkordy/posts/136129

بسم الله الرحمن الرحيم

 

Pasal

فصل

 

Wahai muriid hendaknya kau terus-menerus bersungguh-sungguh dalam memperhatikan pelaksanaan shalat lima waktu, yakni dengan menyempurnakan kondisi berdirinya, bacaan-bacaannya, kekhusyu’annya, rukuknya, sujudnya dan memperhatikan kesempurnaan rukun-rukun yang lain serta sunah-sunahnya. Sebelum memasuki shalat buatlah hatimu merasakan kebesaran Dzat yang akan kau tuju dihadapan-Nya yakni Dzat Yang Maha Agung dan Maha Luhur.

وكُن-أيُّها المُريدُ- في غايَةِ الاِعتِناءِ بِإِقامةِ الصّلواتِ الخَمسِ بإتمامِ قِيامِهِنَّ وقِراءَتِهنّ وخُشوعِهنّ ورُكوعِهنّ وسُجودِهنّ وسائِرِ أركانِهِنّ وسُنَنِهنّ وأشعِر قَلبكَ قَبلَ الدُّخولِ في الصّلاةِ عَظمةَ مَن تُريدُ الوُقوفَ بَينَ يَديهِ جلَّ وعلا،

 

 

Ingatlah! Jangan sekali-kali kau bermunajat pada Raja seluruh raja, Penguasa dari seluruh penguasa dengan hati lalai yang terlepas di dalam jurang kealpaan dan godaan syetan serta hati yang berkelana di wilayah angan-angan dan pikiran keduniawian. Karena hal itu menimbulkan kemarahan dari Allah dan akan ditolak dari pintu Allah.

واحذَر أن تُناجِيَ مَلِكَ المُلوكِ وجبّارِ الجبابِرةِ بِقلبٍ لاهٍ مُستَرسِلٍ في أوديةِ الغَفلةِ والوَساوِسِ جائِلٍ في مَيادينِ الخَواطِرِ والأفكارِ الدُّنيَويّةِ، فَتَستوجِبَ المَقتَ مِن الله، والطَّردَ عن بابِ الله.

 

Rasulullah ‘alaihi asshalatu wassalam telah bersabda: “Ketika seorang hamba mendirikan shalat maka Allah (juga) mendatanginya dengan Dzat-Nya sendiri. kemudian ketika hamba tadi menengok ke belakang Allah ta’ala berkata: “dia (hamba tersebut) adalah keturunan Adam yang telah menoleh kepada orang yang lebih baik daripada-Ku.”

وقد قالَ عَليهِ الصّلاةُ والسّلامُ "إذا قامَ العَبدُ إلى الصّلاةِ أَقبلَ الله عَليهِ بِوَجههِ فإذا التَفتَ إلى ورائِهِ يَقولُ الله تعالى:" ابنُ آدمَ التَفَتَ إلى مَن هُو خيرٌ لهُ مِنّي".

 

Kemudian apabila ia menoleh untuk yang kedua kalinya, Allah akan berkata yang sama. Kemudian jika si hamba tadi menoleh untuk yang ketiga kalinya, Allah akan berpaling darinya.”

فإن التَفَتَ الثّانيةَ قالَ مِثلَ ذلِكَ فإن التَفَتَ الثّالِثةَ أعرَضَ الله عَنهُ"

 

Ketika orang yang menoleh dengan wajah fisiknya saja Allah berpaling darinya, bagaimana keadaan seseorang yang di dalam shalatnya menoleh dengan hati ke bagian-bagian dan perhiasan dunia (yang menipu)? Allah subhanahu wa ta’ala tidak melihat pada jasmani dan sisi lahir, Ia melihat hanya ada hati dan yang terdalam di dalamnya.

فإذا كانَ المُلتفِتُ بِوَجهِهِ الظّاهِرِ يُعرِضُ الله عَنهُ فكيفَ يَكونُ حالُ مَن يَلتفِتُ بِقَلبِهِ في صلاتهِ إلى حُظوظِ الدُّنيا وزخارِفِها، والله سُبحانهُ وتعالى لاَ ينظُرُ إلى الأجسامِ والظّواهِرِ وإنّما ينظُرُ إلى القُلوبِ والسّرائِرِ.

 

Ketahuilah, bahwa ruh (esensi) seluruh ibadah dan maknanya adalah menghadirkan diri bersama Allah (hudhur) di dalam ibadahnya. Oleh karena itu, barang siapa ibadahnya tidak ada wujud hudhur-nya maka ibadahnya seperti debu yang berhamburan.

واعلَم أنّ رُوحَ جَميعِ العِباداتِ ومَعناها إنّما هُو الحضُورُ معَ الله فيها، فَمن خَلت عِبادَتُهُ عنِ الحُضورُ، فعِبادتُهُ هباءٌ منثورٌ.

 

Analogi dari orang yang tidak hudhur bersama Allah dalam ibadahnya adalah seperti orang yang memberi hadiah pada penguasa yang tinggi sebuah dayang perempuan yang telah mati atau sebuah peti kosong. Bukankah ia sangat pantas mendapatkan hukuman dan tidak mendapat balasan (ganjaran).

ومثَلُ الّذي لاَ يَحضُرُ مَع الله في عِبادتهِ مَثلُ الذي يُهدي إلى ملِكٍ عظيمٍ وَصيفةٍ ميّتَةً أو صٌندوقاً فارغاً، فما أجدرُهُ بِالعقوبةِ وحِرمانِ المثوبة.

 

Pasal

فصل

 

Ingatlah Wahai muridm jangan sekali-kali meninggalkan shalat Jum’at dan shalat berjama’ah. Karena hal tersebut yakni meninggalkan shalat jum’at dan jama’ah termasuk kebiasaan orang-orang sesat dan tanda-tanda orang orang yang memiliki kebodohan.

واحذَر أيُّها المُريدُ كلَّ الحذَرِ مِن تَركِ الجمُعةِ والجَماعاتِ، فإِنَّ ذلكَ مِن عاداتِ أَهلِ البَطالاتِ وسِماتِ أَربابِ الجهالاتِ.

 

 

Jagalah shalat-shalat rawatib yang disyariatkan sebelum dan setelah shalat fardhu. Dan biasakanlah melakukan shalat witir, dhuha dan mengisi dengan ibadah waktu Antara maghrib dan isya’. Jadilah kau -wahai muriid- orang yang sangat menyukai mengisi dengan peribadahan apapun pada waktu setelah subuh sampai terbitnya matahari dan di waktu setelah shalat ashar sampai terbenam matahari. Dua waktu yang mulia ini Allah melimpahkan pertolongan-pertolongannya kepada hamba-hamba yang menghadap-Nya.

وحَافِظ على الرَّواتبِ المشروعاتِ قَبلَ الصَّلاةِ وبَعدها، ووَاظِب على صَلاةِ الوَترِ والضُّحى وإِحياءِ ما بينَ العِشاءين، وكُن شَديدَ الحِرصِ على عِمَارةِ ما بَعدَ صَلاةِ الصُّبحِ إلى الطُّلوعِ، وما بعد صلاةِ العصرِ إلى الغروبِ فهذانِ وقتانِ شريفانِ تَفيضُ فيهما من الله تعالى الأمدادُ، على المتوجهين إليه من العبادِ.

 

 

Dan dalam mempergunakan waktu setelah subuh terdapat keistimewaan yang potensial dalam memperoleh rejeki yang bersifat jasmani dan di dalam mempergunakan waktu setelah Ashar terdapat keistimewaan yang potensial untuk memperoleh pemberian-pemberian (rejeki) yang bersifat hati (ruhani). Hal tersebut sudah dipraktikkan oleh orang-orang yang memiliki mata hati yang tajam yakni para orang-orang ‘arif yang agung.

وفي عمارةِ ما بعدَ صلاةِ الصبحِ خاصيةٌ قويةٌ في جلبِ الأرزاقِ الجسمانيةِ وفي عمارةِ ما بعد العصرِ خاصيةٌ قويةٌ لجلبِ الأرزاقِ القلبيةِ، كذلك جرَّبَه أربابُ البصائرِ من العارفين الأكابرِ.

 

 

 

Di dalam hadits (menyebutkan): “Sesungguhnya orang yang duduk di tempat sholatnya seraya berdzikir kepada Allah setelah waktu sholat subuh itu lebih mempecepat dalam mendapatkan rejeki daripada orang yang bekerja dalam berbagai daerah (orang yang merantau).” Maksudnya orang yang bepergian ke suatu tempat untuk mencari rejeki.

وفي الحديثِ: (( إن الذي يقعدُ في مُصلاهُ يذكرُ اللهَ بعد صلاةِ الصبحِ أسرعُ في تحصيلِ الرزقِ من الذي يضربُ في الآفاقِ)) أعني يسافرُ فيها لطلبِ الأرزاقِ.

 

Wallahu a’lam bishhawaab…

Bersambung.

Oleh: Santrisopus

 

<< Ngaji Sebelumnya…

Ngaji Berikutnya…>>

Post a Comment for "Dampak Buruk Tidak Khusyu’ dan Keistimewaan waktu Setelah Subuh dan Ashar: Terjemah Risalah Adab Sulukil Murid -Ngaji ke 07-"