Cara Bertaubat yang Benar dan Kelanjutannya: Terjemah Kitab Risalah Adab Sulukil Murid -Ngaji ke 03-

Ngaji Kitab Risalah Adab Sulukil Murid:

Cara Bertaubat yang Benar dan yang Harus Dilakukan Setelahnya

Sumber Gambar:
http://forums.way2allah.com/forum/الأقسام-العلمية/زاد-الداعية/175440-راجعلك-يا-رب-مهما-كان-الذنب-التوبه-النصوح

بسم الله الرحمن الرحيم

 

Pasal

فصل

 

Langkah awal yang dimulai oleh seorang muriid dalam menuju Allah adalah membenarkan dalam bertaubat[1] kepada Allah ta’ala dari seluruh dosa-dosanya. Apabila ia memiliki suatu beban seperti pernah mendzalimi (berbuat sewenang-wenang, aniaya dan lain-lain) pada salah satu orang maka hendaknya ia bergegas melunasinya pada pemilik hak tersebut, jika hal itu memungkinkan. Apabila tidak memungkinkan, hendaknya ia meminta kehalalan (minta keikhlasan) dari mereka. Karena orang yang tanggungannnya masih tergadaikan dengan hal-hak sesama manusia[2] itu menjadikan mustahil menuju pada Allah Dzat Yang Haq.

وَأوَّلُ شيءٍ يَبْدَأ به المُريدُ في طريق الله تصحيحُ التَّوبة إلى الله تعالى مِن جميع الذنوب وإنْ كان عَليه شيءٌ مِن المَظالِم لأحدٍ مِن الخَلق فَليُبادر بِأدائها إلى أربابها إن أمكن وإلا فيَطلُب الإحلال منهم، فإنّ الذي تكون ذمّته مُرتَهنة بِحقوق الخَلق لا يُمكنه السّيرُ إلى الحقّ.

 

Syarat sah taubat adalah benar-benar menyesal atas dosa-dosanya serta sungguh-sunnguh bertekad untuk tidak mengulanginya lagi seumur hidup. Barang siapa yang bertaubat dari dosa-dosanya sementara ia masih terus-menerus melakukan dosa atau ia masih bertekad mengulangi dosanya maka tidak ada taubat sedikit pun baginya.

وشَرط صِحّة التّوبة صِدق النّدم على الذنوب معَ صِحّة العَزم على تَرْك العَوْد إليها مُدّة العُمر، ومَن تابَ عَن شيءٍ مِن الذنوب وهو مُصرٌّ عليه أو عازمٌ على العَوْد إليه فلا توبة له.

 

Hendaknya seorang muriid terus-menerus[3] benar-benar mengakui kelalaian dan kealpaannya dalam melaksanakan apa yang diwajibkan baginya dari notabene sebagai Hak Tuhannya (untuk disembah). Di saat ia merasa susah karena kelalaiannya dan hatinya menjadi hancur (sangat sedih) karena Allah maka hendaknya ia tau bahwa Allah berada di sisinya. Karena Dia Yang Maha Suci telah berfirman: “Aku berada di sisi orang yang remuk hatinya (sangat susah dan sedih) karena-Ku”.

وَليكُن المُريد على الدوام في غايةٍ مِن الاِعتراف بالتَقصير عن القيامِ بما يجبُ عليه مِن حقِّ ربِّه، ومتى حزِنَ على تقْصيره وانكَسر قَلبه مِن أجله فليَعلم أنَّ الله عندَهُ إذ يقول سُبحانه: أنا عِندَ المُنكَسِرةِ قُلُوبهم مِن أجلي.

 

Keharusan bagi muriid adalah menjaga dirinya dari dosa-dosa kecil, apalagi dosa besar harus lebih keras menghindarinya daripada mengkonsumsi racun yang mematikan. Dan kekhawatirannya apabila melakukan dosa besar itu (harus) lebih besar daripada ketakutan memakan racun. Hal tersebut dikarenakan perbuatan-perbuatan dosa berimbas pada hati sebagaimana racun yang menginfeksi tubuh. Hati merupakan hal yang lebih muliah -unggul- bagi orang yang beriman daripada jasadnya. Bahkan hati adalah modal pokok bagi muriid adalah menjaga hati dan menghiasinya. Sedangkan jasad adalah sasaran dari malapetaka dan bahaya serta jasad tidak lama akan hancur sebab kematian. Hilangnya jasad hanyalah berpisah dari dunia yang sedikit dan menyusahkan. Adapun hati apabila rusak maka akhirat pun hancur. Karena sesungguhnya tidak akan selamat dari kemarahan Allah dan tidak akan beruntung dengan mendapat ridha dan pahala-Nya kecuali orang yang datang kepada Allah dengan membawa hati yang selamat.

وعلى المُريد أن يَحتَرِز مِن أصغَر الذنوب فضلاً عن أكبرها أشدّ مِن اِحترازِهِ مِن تَناولِ السُّم القاتِل، ويكون خوفُه لو ارْتكبَ شيئاً منها أعظم من خَوفه لو أكلَ السُّم، وذلكَ لأنّ المعاصي تعمل في القلوب عمَل السُّم في الأجسام، والقلبُ أعزُّ على المُؤمن مِن جِسمه بل رأس مالِ المُريد حِفظُ قلبه وعمارَتهُ. والجِسمُ غرضٌ للآفاتِ وعمّا قريبٍ يُتلَفُ بِالموتِ، وليس في ذهابِه إلا مُفارقةُ الدُّنيا النَّكِدة النَّغِصة وأمّا القلبُ إن تلِف فقد تلِفت الآخِرة فإنه لا ينجو مِن سخطِ الله ويفوزُ بِرِضوانه وثَوابه إلا مَن أتى الله بقلبٍ سليمٍ.

 

Keterangan tambahan:

Taubat merupakan tangga awal seseorang untuk menempuh jalan menuju Allah. Oleh karena itu, sebagai pondasi awal taubat harus benar-benar kokoh. Sehingga menjadi benar-benar siap untuk menaiki tangga maqam berikutnya. Berikut kutipan dari kitab minahussaniyyah:

ينبغي للعبد أن يفتش أعضاءه الظاهرة والباطنة صباحا ومساء هل حفظت حدود الله تعالى التي حدها لها أو تعدت؟ وهل قامت بما أمرت به من غض البصر وحفظ اللسان والأذن والقلب وغير ذلك على وجه الاخلاص او لم تقم؟ فإن رأى جارحة من جوارحه أطاعت شكر الله تعالى ولم ير نفسه أهلا لذلك. وإن رآها تلطخت بمعصية من المعاصي أخذ في الندم والاستغفار، ثم يشكر الله تعالى اذا لم يقدر عليه أكثر من تلك المعصية، ولم يبتل جوارحه التي عصت بالأمراض والجراحات والدمامل والقروح. فان كل عضو استجق نزول البلاء به.

“Seorang hamba sebaiknya meniliti anggota tubuhnya baik secara fisik maupun non fisik di waktu pagi dan sore. Apakah telah menjaga dari batas-batas Allah ta’ala yang telah Ia tetapkan? Sudahkan anggota badannya melaksanakan apa yang Ia perintahkan seperti menjaga pandanga, lisan, telinga, hati dan lain sebagainya? Apakah melaksanakan perintahnya secara ikhlas atau belum? Apabila ia mengetahui salah satu anggota badannya melakukan ketaatan, bersyukurlah kepada Allah, sementara ia merasa dirinya tidak layak untuk melakukan ketaatan-ketaatan.

Dan apabila ia mengetahui anggota badannya ternodai oleh perbuatan dosa maka menyesallah dan memohon ampunan. Kemudian bersyukurlah pada Allah, karena Allah tidak menakdirkan melakukan maksiat yang lebih banyak dan Allah tidak memberinya cobaan pada anggota badannya yang telah berbuat dosa dengan penyakit, luka, bisul dan infeksi. Karena anggota badan tersebut berhak mendapatkan balasan melakukan keburukan.”

 

Wallahu a’lam bishhawaab…

Bersambung.

Oleh: Santrisopus

 

<< Ngaji Sebelumnya…

Ngaji Berikutnya…>>



[1] Taubat secara bahasa adalah kembali, pulang. Sedangkan secara istilah adalah kembali dari apa saja yang dipandang buruk oleh syariat menuju perkara yang dinilai baik oleh syariat. Taubat memiliki titik awal dan puncak. Titik awal dari taubat adalah kembali (bertaubat) dari melakukan dosa-dosa besar, kemudian dosa kecil, hal-hal makruh, lalu menaubati hal-hal yang belum maksimal, memandang baik diri sendiri, menaubati menilai diri sendiri bahwa dirinya termasuk orang yang paling fakir dan neriman, kemudian menaubati merasa taubatnya sudah benar dan menaubati semua bersitan hati dan pikiran yang tidak diridhai oleh Allah. Adapun titik akhir atau puncak dari taubat adalah; melakukan taubat di saat tidak ingat, lalai dan tidak syuhud kepada Allah satu kedipan mata. -Disarikan dari kitab Minahussaniyyah-

[2] Secara general perbuatan manusia di kelompokkan menjadi dua skema besar yakni perbuatan yang berdimensi haq Allah dan haq al khalq. Haq Allah merupakan perbuatan manusia yang hubungannya hanya dengan Allah, baik itu berupa melakukan ibadah ataupun berbuat dosa. Apabila melakukan dosa maka cara penebusannya dengan melakukan taubat yakni dengan mengakui kesalahan, menyesalinya dan bertekad tidak mengulanginya lagi. Sedangkan haq al khalq adalah seluruh perbuatan yang bersinggungan dengan sesama manusia. Dalam kelompok ini ketika berbuat salah dan dosa lebih berat dalam melakukan penyucian diri (bertaubat), karena belum cukup hanya dengan melakukan taubat seperti keterangan di atas. Akan tetapi, harus ditambahi sesuai dengan keterangan di kitab Risalah Adab Sulukil Murid pada bagian akhir paragraf  pertama. -Disarikan dari kitab Minahussaniyyah-

[3] Taubat hendaknya dilakukan setiap hari, karena manusia tidak akan terlepas dari kesalahan. Seperti penjelasan pada catatan kaki yang pertama bahwa taubat memiliki tingkatan-tingkatannya. Tinggal meneliti diri sendiri sudah pada level yang mana. Karena tanpa taubat yang benar seorang manusia tidak akan menaiki tangga level berikutnya.

Post a Comment for "Cara Bertaubat yang Benar dan Kelanjutannya: Terjemah Kitab Risalah Adab Sulukil Murid -Ngaji ke 03-"