Pengantar dari Habib Abdullah bin Alawi al Haddad: Terjemah Kitab Risalah Adab Sulukil Murid -Ngaji ke 01-

Ngaji Kitab Risalah Adab Sulukil Murid:

Kata Pengantar Kitab Risalah Adab Sulukil Murid

oleh Habib Abdullah bin Alawi al Haddad 


بسم الله الرحمن الرحيم

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Tiada daya upaya menghindar dari kemaksiatan dan tiada kekuatan melakukan kebaikan dan ibadah, melainkan dengan izin Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung.

بسم الله الرحمن الرحيم

ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم

 

Segala Puji Bagi Allah Dzat yang menempatkan –ketika Ia menghendaki- kesemangatan di hati para muriid,[1] kemudian Allah menggerakkan mereka menuju jalan kebenaran yaitu iman, ibadah, menghapus seluruh tanda dan kebiasaan (ikhlas). Dan semoga Allah memberi rahmat dan ta’dzim-Nya kepada junjungan kita Muhammad selaku pemimpin dari para tuan dan juga kepada keluaga dan sahabat-sahabatnya yang menjadi pemimpin dan penuntun.

الحمدُ لله الذي يَقِذفُ إذا شاء في قلوب المُريدين لَوْعَة الإرادة، فيُزعِجُهُم إلى سُلوك سَبيل السّعادة، التي هي الإيمانُ والعِبادة، وَمَحْوُ كلّ رَسمٍ وعَادة، و صلَّى الله و سلَّم على سيِّدنا مُحمَّدٍ سَيِّد أهلِ السِّيادة، وعلى آله و صحبهِ السَّادة القَادة.

 

Amma Ba’du: Allah Dzat Yang tidak terbantahkan telah berfiman: “Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahannam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sementara dia orang yang beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan kebaikan” . QS. al-Isra’ 18-19.

أمّا بعدُ: فَقد قال الله تعالى وهُو أصدقُ القائلين: ( مَنْ كَانَ يُرِيدُ العَاجِلَة عَجَّلْنا لَهُ فِيها ما نَشاءُ لِمَنْ نُريدُ ثُمَّ جَعَلْنا لَهُ جَهنَّمَ يَصْلاها مَذمُوماً مَدْحوراً وَمَنْ أرادَ الآخِرَةَ وَسَعى لَها سَعيَها وَهُوَ مُؤمنٌ فَأولئكَ كانَ سَعْيُهُم مَشْكوراً). الاسراء: 18-19

 

Kata al aajilah adalah (bermakna) dunia. Ketika seorang muriid mengutamakan berusaha mencari dunia maka tempat kembalinya adalah menuju neraka dalam kondisi hina dan rendah. Untuk itu, betapa pantasnya bagi orang yang berakal berpaling, menjaga diri dari dunia.

والعاجِلة هي الدنيا، فإذا كانَ المُريدُ لها فضلاً عن السّاعي لِطلبها مَصيرُهُ إلى النار مَعَ الَّلوم و الصّغار، فما أجدَرَ العاقِلَ بالإعراضِ عنها، والاِحتراسِ مِنها

 

Dan kata al Akhirah adalah (bermakna) surga. Tidak cukup untuk memperoleh keberuntungan masuk surga hanya dengan keinginan saja. Namun, -untuk memperoleh keberuntungan masuk surga harus dengan- keinginan disertai iman dan amal sholih yang diisyaratkan oleh firman Allah ta'ala: “berusaha ke arah itu (menuju akhirat) dengan sungguh-sungguh, sementara dia orang yang beriman QS. al-Isra’ 19.

و الآخرةُ هي الجنة. ولا يَكفي في حُصُولِ الفوزِ بها الإرادَة فقط بَل هي معَ الإيمان والعَملِ الصّالح المُشار إليه بِقوله تعالى: (وَسَعى لَها سَعْيَها وَهُوَ مُؤمِنٌ). الاسراء: 19

 

Dan arti dari assa’yu al masykur adalah amal yang diterima yang menjadikan pelakunya mendapatkan pujian, penghargaan dan pahala yang besar. Yang hal tersebut tidak akan pernah habis dan sirna sebab anugerah Allah dan kasih sayang-Nya.

والسَّعي المَشكور هو العملُ المَقبول المُستوجِبُ صاحبُه المدحَ و الثناء و الثّواب العظيم الذي لا ينقَضي ولا يفنى بِفضل الله ورَحمته

 

Dan orang yang rugi dari berbagai aspek dari para pendamba (kehidupan) dunia adalah oran yang telah diwujudkan haknya yakni ancaman yang telah disebutkan di dalam ayat al Qur’an. Dia (orang yang rugi) adalah orang yang benar-benar menginginkan kehidupan dunia seraya melalaikan akhirat dan tidak mempercayai kehidupan akhirat. Atau dia beriman seraya tidak mau beramal sholih. Yang pertama disebut Kafir yang abadi di Neraka dan yang kedua disebut Fasik yang telah dicap sebagai orang yang merugi.

و الخاسِرُ مِن كلِّ وجهٍ مِن المُريدين للدنيا الذي يتحقَّقُ في حقِّه الوعيدُ المَذكور في الآية هو الذّي يُريد الدنيا إرادةً ينسى في جَنبِها الآخرة فلا يُؤمن بها، أو يُؤمن و لا يعملُ لها. فالأوَّل كافرٌ خالدٌ في النار، و الثاني فاسقٌ موسومٌ بِالخَسار.

 

Rasulallah -shallallahu alaihi wa sallam- telah bersabda: “Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat. Dan hanya yang diniatkan itulah bagi tiap-tiap orang. Oleh karena itu, barang siapa yang hijrah-nya  menuju (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya maka hijrah-nya tersebut menuju Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa hijrah-nya karena dunia yang akan diperolehnya atau hijrah-nya karena perempuan yang akan ia nikahi maka hijrah-nya  menuju (mendapatkan) apa yang ia tuju.)”

وقال رسُولِ الله صلّى الله عليه وسلّم "إنّما الأعمالُ بِالنِّياتِ وإنِّما لِكُلِّ اِمرِئٍ ما نَوى فَمَن كانَت هِجرَتُهُ إلى الله ورَسُولِه فَهجرتُه إلى الله ورَسولِه وَمَن كانت هِجرَتُه إلى دُنيا يُصيبُها أو امرأةٍ يَنكِحُها فَهجرتَه إلى ما هاجَرَ إليه".

 

 

Rasulallah -shallallahu alaihi wa sallam- telah memberitahukan bahwa tidak ada (nilai) amal sedikitpun kecuali dengan (tergantung) niat. Dan sesungguhnya manusia berdasarkan apa yang ia niatkan itulah akan diberi pahala dan dibalas. Apabila baik maka akan dibalas baik. Jika perbuatannya buruk maka akan dibalas buruk. Oleh karena itu, barang siapa baik niatnya maka perbuatannya (juga) baik secara pasti. Dan barang siapa niatnya buruk maka amal perbuatannya juga buruk secara pasti. Walaupun bentuk amal perbuatannya baik seperti halnya seseorang yang beramal baik karena ditujukan untuk makhluk (tidak ikhlas).

أَخبَر صلّى الله عليه و سلَّم أنَّه لا عملَ إلا عن نيّة، وأنَّ الإنسان بحسبِ ما نوى يُثاب ويُجزى إن خيراً فخير، وإن شرّاً فشر، فمن حسنت نيّتهُ حسن عمله لا محالة، ومن خَبُثت نِيّته خَبُثَ عمله لا محالة، وإن كان في الصورة طيّباً كالذي يعمل الصّالحات تصنّعاً للمخلوقين.

 

Dan Rasulullah ‘alaihi ashalatu wassalaam memberitahukan bahwa: “Sesungguhnya orang yang beramal karena Allah dengan berlandaskan mengikuti (ajaran) Rasulallah -shallallahu alaihi wa sallam-, maka Allah akan mengganjarnya dan tempat kembalinya adalah menuju keridhaan Allah dan surga-Nya. Dan (termasuk) dalam tetangga Allah dan pilihan-Nya. Dan sesungguhnya orang yang berniat dan beramal untuk selain Allah maka pahala dan balasannya dari sisi orang yang ia maksud dan orang yang melihat amalnya, yakni orang yang tidak memiliki otoritas (wewenang) memberi kerugian, kemanfaatan, mematikan dan menghidupkan serta kelak di Hari Kebangkitan bagi si Pengamal dan dirinya sendiri.

وأخبرَ عليه الصَّلاة والسلام أنّ من عمل لله على وِفقِ المُتابعة لِرسولِ الله صلّى الله عليه وسلّم كان ثوابُه على الله وكان مُنقلبه إِلى رِضوانِ الله وَجنّته، في جِوارِ الله وخيرته،

وأنَّ مَن قَصدَ غير الله وعمل لِغيرِ الله كان ثوابُه وجزاؤُه عند من تصنَّعَ له و راءى له مِمَّن لا يملك له ولا لِنفسه ضرّاً ولا نفعاً ولا موتاً ولا حياةً ولا نُشوراً.

 

Rasulullah ‘alaihi ashalatu wassalaam mengkhusukan “Hijrah” diantara seluruh amal perbuatan karena (beliau) mengingatkan seluruh perkara dengan menyebut sebagiannya saja. Karena telah diketahui di sisi orang yang cerdas bahwa; Hadits Nabi tidak tertentu pada “Hijrah”, akan tetapi hadits tersebut bersifat umum yang mencakup seluruh perundang-undangan Islam (Hukum Islam).

وخَصَّ الهِجرةَ عليه الصّلاةُ والسَّلام مِن بينِ سَائِرِ الأَعمال تَنبِيهاً على الكُلِّ بِالبعضِ لأنَّ مِن المعلومِ عند أُولي الأَفهام أنَّ الإِخبارَ ليسَ خاصّاً بالهجرَةِ بل هو عامٌّ في جميعِ شرائِعِ الإِسلام.

 

Kemudian aku berkata: “Ketahuilah, wahai muriid yang mencari, menghadap dan menyukai (jalan menuju Allah) bahwa; saat kau meminta kepadaku untuk memberi pembahasan (kajian) yang dinisbatkan padaku (kajian dan laku pada setingkat Syaikh Abdullah al Hadad, penerj.), belum aku temukan sesuatu yang aku yakini sesuai pada jalan yang kau tempuh. Dan aku berpandangan untuk membatasi dengan pasal-pasal yang ringkas yang mencakup tatakrama menginginkan (menuju Allah) dengan penulisan yang mudah.

ثمّ أًقولُ : اِعلَم أَيُّها المُريدُ الطالِبُ، والمتوجه الرَّاغبُ أنَّك حين سأَلتَني أَن أَبْعثَ إِليكَ بِشيءٍ مِنَ الكلامِ المنسوبِ إليَّ لم يَحضُرني منه ما أَراهُ مُناسباً لما أنتَ بِسبيلهِ. وَقَد رأيْتُ أَنْ أُقَيِّدَ فُصُولاً وَجِيزةً تَشتملُ على شيءٍ مِن آدابِ الإِرادةِ بِعبارةٍ سَلِسةٍ

 

Hanya kepada Allah aku memohon untuk memberikan kemanfaatan padaku, kepadamu dan seluruh para saudara dengan apa yang Allah berikan dan sampaikan padaku dari hal tersebut. Dia lah kecukupanku dan Sebaik-baiknya Wakil.

والله أسألُ أن ينفعني و إيَّاك وسائِر الإِخوانِ بما يُوردُهُ عليَّ مِنْ ذَلِك ويُوصِلُهُ إِليَّ مِمَّا هُنالِك، فهو حَسبي ونِعمَ الوَكيلُ.

 

Wallahu a’lam bishhawaab…

Bersambung.

Oleh: Santrisopus

 

<< Ngaji Sebelumnya…

Ngaji Berikutnya…>>



[1] Secara bahasa adalah orang yang tidak ada keinginan apapun yakni hanya karena Allah semata. Menurut Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi Murid adalah orang memutus -untuk menuju Allah- dari pandangan apapun dan ingin dilihat serta membersihkan dari kehendak diri. Lihat kitab at-Ta’rifaat, hlm. 206


4 comments for "Pengantar dari Habib Abdullah bin Alawi al Haddad: Terjemah Kitab Risalah Adab Sulukil Murid -Ngaji ke 01-"